Melihat begitu kompleksnya aktivitas pariwisata, maka
pengembangan pariwisata perlu direncanakan secara komprehensif, holistik dan
integratif. Inskeep (1991) menyatakan bahwa dalam melakukan perencanaan
pariwisata harus menggunakan suatu pendekatan berikut
ini:
a) Pendekatan yang berkesinambungan, incremental, dan fleksibel (Continuous, incremental, and
flexible approach). Perencanaan pariwisata dipandang sebagai suatu proses yang
berlangsung terus-menerus dengan dimungkinkan melakukan penyesuaian-penyesuaian
yang diperlukan berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback) dalam kerangka pemeliharaan tujuan dasar dan
kebijakan pengembangan pariwisata.
b) Pendekatan sistem (Systems approach). Pariwisata
dipandang sebagai suatu sistem yang saling terkait dan harus direncanakan menggunakan teknik
analisis sistem.
c) Pendekatan komprehensif (Comprehensive approach). Berkaitan dengan pendekatan sistem,
seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk unsur-unsur institusional, implikasi
sosio-ekonomi dan lingkungan dianalisis dan direncanakan secara komprehensif.
Karena itu pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan holistik.
d) Pendekatan yang terintegrasi (Integrated approach). Berkaitan dengan pendekatan sistem dan
komprehensif, pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai suatu sistem
terintegrasi, baik antar unsur di dalam sistem itu sendiri maupun dengan
rencana dan pola-pola pembangunan secara keseluruhan.
e) Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan (Environmental and sustainable development
approach). Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola
sedemikian rupa sehingga sumber daya alam (natural
resources) dan budaya tidak habis atau menurun, tetapi terpelihara sebagai
sumber daya yang hidup terus menjadi dasar permanen untuk penggunaan
terus-menerus di masa depan. Analisis daya angkut/muat (carrying capacity analysis) merupakan suatu teknik yang penting digunakan dalam
pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ini.
What is Education for Sustainable Development?
“Education for sustainable development enables people to
develop the knowledge, values and skills to participate in decisions
about the way we do things individually and collectively, both
locally and globally, that will improve the quality of life now
without damaging the planet for the future.”
f) Pendekatan komunitas (Community approach). Terdapat keterkaitan maksimum komunitas lokal dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan kepariwisataan dan, lebih jauh lagi,
terdapat partisipasi maksimum komunitas dalam pengembangan dan manajemen
pariwisata, serta keuntungan-keuntungan sosio-ekonominya.
g) Pendekatan implementable (Implementable approach). Kebijakan, rencana dan rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan menjadi realistik dan dapat diimplementasikan. Formulasi kebijakan dan rencana itu menggunakan teknik-teknik implementasi, yang mencakup strategi atau program aksi
dan pengembangan.
h) Aplikasi proses perencanaan sistematik. Proses perencanaan
sistematik diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasarkan pada urutan
logik aktivitas-aktivitas (Inskeep, 1991:29). Pendekatan tersebut di atas
diaplikasikan secara konseptual pada semua tingkat dan jenis perencanaan
pariwisata. Tetapi bentuk spesifik aplikasinya, tentu saja, bervariasi
tergantung pada jenis perencanaan yang diambil. Perencanaan pariwisata
dipersiapkan pada berbagai tingkatan. Setiap tingkatan memfokuskan diri pada
derajat kekhususan yang berbeda. Perencanaan tersebut hendaknya dipersiapkan
dalam urutan dari yang umum ke yang spesifik, sebab tingkatan yang umum
memberikan kerangka dan arahan untuk mempersiapkan rencana-rencana spesifik.
Urutan tingkatan itu dimulai dari tingkat perencanaan internasional,
perencanaan nasional, perencanaan regional/provinsial, perencanaan subregional/
provinsial, perencanaan daerah wisata, perencanaan fasilitas pariwisata, dan design fasilitas pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar