Rabu, 04 Juli 2012

Produk Pariwisata


Pemahaman tentang Produk Pariwisata

Produk Pariwisata (Tourism Product) merupakan suatu bentukan yang nyata (tangible product) dan tidak nyata (intangible product), dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati, apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut.

Sehingga bentuk dari produk pariwisata itu pada hakekatnya adalah tidak nyata, karena dalam suatu rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. 

Misalnya wisatawan akan melakukan perjalanan ke sebuah pulau dengan tujuan menikmati keindahan taman laut di sekitar pulau tersebut, tentunya wisatawan membutuhkan fasilitas penunjang, seperti: perahu untuk menyeberang ke pulau, fasilitas kendaraan yang membawa mereka dari rumah ke pulau yang dituju dan setibanya di pulau wisatawan membutuhkan fasilitas akomodasi dilengkapi dengan makan dan minum selama  berada di pulau itu, serta tentunya pelengkapan menyelam. Dengan demikian, berdasarkan ilustrasi di atas jelas bahwa rangkaian perjalanan wisatawan ke sebuah pulau membutuhkan komponen produk pariwisata secara holistik dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, yang berarti bahwa fasilitas penunjang, transportasi, akomodasi, makan dan minum serta perlengkapan menyelam dan bahkan atraksi wisata di pulau tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan melengkapi untuk tujuan menciptakan kepuasan pengalaman rekreasi bagi wisatawan. Dan masih banyak komponen produk pariwisata lain yang tidak nampak dalam ilustrasi tersebut, yang pada umumnya disebut sebagai komponen pelayanan, seperti yang terjadi pada saat petugas memberikan layanan kepada wisatawan pada saat wisatawan berada di berbagai fasilitas yang digunakan.

Dari uraian di atas, secara umum mudah dikenali bahwa produk pariwisata terdiri dari aksesibilitas, fasilitas dan pelayanan serta atraksi wisata atau hiburan.


Definisi Produk Pariwisata

Berdasarkan pemahaman di atas, dikatakan bahwa produk pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lain, memiliki ciri-ciri berbeda dan untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata, maka beberapa definisi berikut ini perlu dipahami pula:
  • Burkart dan Medlik (1986), yaitu suatu susunan produk terpadu, yang terdiri dari daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh perusahaan yang berbeda-beda dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan
  • Medlik dan Middleton, produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur dan merupakan suatu paket yang tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke tempat-tempat tujuan dan kembali lagi ketempat asalnya. 
  • Gamal Suwantoro (2007:75) pada hakekatnya  produk wisata adalah keseluruhan palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia berangkat semula.
  • Gooddall (1991: 63), produk pariwisata dimulai dari ketersediaan sumber yang berwujud (tangible) hingga tak berwujud (intangible) dan secara totalitas lebih condong kepada kategori jasa yang tak berwujud (intangible).
  • Burns and Holden (1989:172) produk pariwisata dinyatakan sebagai segala sesuatu yang dapat dijual dan diproduksi dengan menggabungkan faktor produksi, konsumen yang tertarik pada tempat-tempat yang menarik, kebudayaan asli dan festival-festival kebudayaan.
  • Kotler dan Amstrong (1989:463), sebagai sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen atau pangsa pasar untuk memuaskan kemauan dan keinginan termasuk di dalam obyek fisik, layanan, SDM yang terlibat didalam organisasi dan terobosan  atau ide-ide baru.
  • Bukart dan Medlik (dalam Yoeti,1986:151) mendeskripsikan produk wisata sebagai susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari obyek wisata, atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan), akomodasi dan hiburan di mana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. 

Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3.  Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang komponen-komponen produk wisata yaitu :
1.  Atraksi, yaitu daya tarik wisata, baik alam, budaya maupun buatan manusia seperti festival atau pentas seni
2.  Aksesbilitas, yaitu kemudahan untuk mencapai tempat tujuan wisata
3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan (tangible and intangible products)
4.  Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.



Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen yang membentuk Produk Pariwisata dan untuk semakin melengkapi kegunaan produk pariwisata tersebut bagi wisatawan, penulis tambahkan stau komponen yang lain, yaitu keramahtamahan, sehingga secara lengkap komponen produk wisata menjadi 3 plus, yaitu:
1.  Daya tarik wisata yang ada di destinasi wisata (ATTRACTIONS)
2.  Fasilitas dan pelayanan yang ada di destinasi wisata (AMENITIES)
3.  Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (ACCESSIBILITIES) 
4. Keramahtamahan yang ditawarkan di destinasi wisata (HOSPITALITY)



Komponen Produk Pariwisata

1. Daya Tarik Wisata (Attractions)

   Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju ke destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian, faktor daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang membentuk dan menentukan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata.

     Setiap destinasi pariwisata memiliki daya tarik berbeda-beda sesuai dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki. Di bawah ini adalah jenis daya tarik wisata yang biasanya ditampilkan di destinasi pariwisata:
  •     Daya tarik wisata alam (natural tourist attractions), segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut, pantai, gunung, danau, lembah, bukit, air terjun, ngarai, sungai, hutan
  •   Daya tarik wisata buatan manusia (man-made tourist attractions), meliputi: Daya tarik wisata budaya (cultural tourist attractions), misalnya: tarian, wayang, upacara adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang merupakan hasil karya cipta, misalnya: bangunan seni, seni pahat, ukir, lukis.    
    Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, hal demikian terlebih terjadi di destinasi pariwisata yang memilki sangat beragam dan bervariasi daya tarik wisata, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill dalam buku "Tourism: The International Business" (1990): "Attractions draw people to a destination".

2. Fasilitas dan Pelayanan Wisata (Amenities) 

   Disamping daya tarik wisata, wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga membutuhkan adanya fasilitas yang menunjang perjalanan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan perjalanan tersebut, perlu disediakan bermacam-macam fasilitas, mulai dari pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari tempat tinggal wisatawan, selama berada di destinasi pariwisata dan kembali ke tempat semula. "Attractions bring people to the destination; facilities service them when they get there. Because they ara away from home,the visitor requires certain things-a place to stay, something to eat and drink" (Robert Christie Mill, 1990: 24).

   Fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan wisatawan tersebut muncul dalam satu kesatuan yang saling terkait dan melengkapi satu sama lain, sehingga dalam suatu perjalanan wisata, seluruh komponen yang digunakan tidak dapat dipisahkan, tergantung pada karakteristik dan bentuk perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan.


    Komponen fasilitas dan pelayanan perjalanan biasanya terdiri dari unsur alat transportasi, fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum dan fasilitas penunjang lainnya yang bersifat spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan perjalanan. Komponan ini tidak terlepas dari adanya komponen prasarana atau infrastuktur, yaitu suatu komponen yang menjamin bagi tersedianya kelengkapan fasilitas. Fasilitas transportasi baru dapat disediakan apabila ada jaminan bahwa prasarana jalan sudah tersedia, demikian juga fasilitas telekomunikasi dapat disediakan apabila prasana jaringan penghubung ke destinasi pariwisata tersebut sudah tersedia.


3. Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (Accesibility)
 
   Dalam suatu perjalanan wisata, terdapat pula faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi kepuasan wisatawan, yaitu faktor aksesibilitas, yang berarti kemudahan yang tersedia untuk mencapai destinasi wisata, yang terkadang diabaikan oleh wisatawan  dalam merencanakan perjalanan wisata, sehingga secara umum dapat mempengaruhi budget perjalanan tersebut. 


4. Keramahtamahan (Hospitality)

  Destinasi wisata dapat menyebabkan munculnya perasaan wisatawan terhadap kebutuhan yang berkaitan dengan keramahtamahan melalui seseorang atau sesuatu, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill: "The hospitality of an area is the general feeling of welcome that tourists receive while visiting the area. People do not want to go where the do not feel welcome" (1990)  



Karakteristik Produk Pariwisata

    Secara umum, karakteristik utama produk pariwisata adalah jasa (service), dengan demikian meningkatkan mutu pelayanan jasa di bidang pariwisata berarti juga meningkatkan mutu produk pariwisata.

    Produk pariwisata secara keseluruhan bersifat heterogen (tidak homogen) karena terdiri dari beragam jenis pelayanan dalam keseluruhan proses perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Sehingga karena karakteristik yang heterogen tersebut maka cukup sulit untuk dapat mencapai atau menentukan standar mutu yang jelas.


  Berdasarklan karakteristik produk pariwisata tersebut maka muncul pernyataan "selling holiday is selling dreams", sehingga penyedia produk pariwisata ditantang untuk dapat mewujudkan mimpi wisatawan menjadi kenyataan sesuai yang diharapkan oleh wisatawan sebagai pengguna produk pariwisata.




Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memahami karakter produk pariwisata, yaitu:

1.  Tidak dapat dipindahkan
2.  Tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan
3.  Tidak dapat ditimbun atau disimpan
4.  Sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis
5.  Tidak dapat dicoba atau dicicipi
6.  Sangat tergantung pada faktor manusia
7.  Memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi
8. Tidak memiliki standar atau ukuran yang obyektif dalam menilai mutu produk. 



RANGKUMAN  tentang INTANGIBLE PRODUCTS  

 

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dideskripsikan bahwa produk PARIwisata merupakan fasilitas dan pelayanan yang dapat dinikmati oleh wisatawan mulai dari tempat asal, SELAMA BERADA di DESTINASI wisata, sampai kembali ke tempat asal WISATAWAN, dan ditunjang oleh keanekaragaman atraksi wisata, fasilitas dan PElayanan, harga produk, aksesibilitas pendukung yang dapat MEMPERMUDAH KEGIATAN PERJALANAN WISATA.


Tamu hotel menginginkan lebih dari sekedar sebuah kamar

penumpang pesawat terbang menginginkan lebih dari sekedar tempat duduk dan terbang dengan selamat

pelanggan restoran menginginkan lebih dari sekedar hidangan

pembeli cenderamata menginginkan lebih dari sekedar suatu produk kerajinan sebagai kenangan

pengunjung suatu destinasi wisata menginginkan lebih dari sekedar menikmati keindahan alam dan kesejukan hawa segar

seorang wisatawan menginginkan lebih dari sekedar informasi mengenai daya tarik wisata di suatu disetinasi wisata

seorang pengunjung menginginkan lebih dari sekedar menikmati pertunjukan hiburan di dalam ruang ber-AC

peserta suatu perjalanan wisata menginginkan lebih dari sekedar duduk di dalam bis wisata dan mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata







































Pendekatan Perencanaan Pariwisata


Melihat begitu kompleksnya aktivitas pariwisata, maka pengembangan pariwisata perlu direncanakan secara komprehensif, holistik dan integratif. Inskeep (1991) menyatakan bahwa dalam melakukan perencanaan pariwisata harus menggunakan suatu pendekatan  berikut ini:

a) Pendekatan yang berkesinambungan, incremental, dan fleksibel (Continuous, incremental, and flexible approach). Perencanaan pariwisata dipandang sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus dengan dimungkinkan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback)  dalam kerangka pemeliharaan tujuan dasar dan kebijakan pengembangan pariwisata.

b) Pendekatan sistem (Systems approach). Pariwisata dipandang sebagai suatu sistem yang saling terkait dan harus direncanakan menggunakan teknik analisis sistem.

c) Pendekatan komprehensif (Comprehensive approach). Berkaitan dengan pendekatan sistem, seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk unsur-unsur institusional, implikasi sosio-ekonomi dan lingkungan dianalisis dan direncanakan secara komprehensif. Karena itu pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan holistik.

d) Pendekatan yang terintegrasi (Integrated approach). Berkaitan dengan pendekatan sistem dan komprehensif, pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai suatu sistem terintegrasi, baik antar unsur di dalam sistem itu sendiri maupun dengan rencana dan pola-pola pembangunan secara keseluruhan.

e) Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Environmental and sustainable development approach). Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola sedemikian rupa sehingga sumber daya alam (natural resources) dan budaya tidak habis atau menurun, tetapi terpelihara sebagai sumber daya yang hidup terus menjadi dasar permanen untuk penggunaan terus-menerus di masa depan. Analisis daya angkut/muat (carrying capacity analysis) merupakan suatu teknik yang penting digunakan dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ini.

Tempat Wisata Ziarah di Ambarawa, Mei 2012

      What is Education for Sustainable Development?

“Education for sustainable development enables people to develop the knowledge, values and skills to participate in decisions
about the way we do things individually and collectively, both locally and globally, that will improve the quality of life now
without damaging the planet for the future.”
(Panel for Education for Sustainable Development, 14 September 1998)
 


Telaga Warna Dieng, Mei 2012
 
f) Pendekatan komunitas (Community approach). Terdapat keterkaitan maksimum komunitas lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan kepariwisataan dan, lebih jauh lagi, terdapat partisipasi maksimum komunitas dalam pengembangan dan manajemen pariwisata, serta keuntungan-keuntungan sosio-ekonominya.
                                                      
g) Pendekatan implementable (Implementable approach). Kebijakan, rencana dan rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan menjadi realistik dan dapat diimplementasikan. Formulasi kebijakan dan rencana itu menggunakan teknik-teknik implementasi, yang mencakup strategi atau program aksi dan pengembangan.

h) Aplikasi proses perencanaan sistematik. Proses perencanaan sistematik diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasarkan pada urutan logik aktivitas-aktivitas (Inskeep, 1991:29). Pendekatan tersebut di atas diaplikasikan secara konseptual pada semua tingkat dan jenis perencanaan pariwisata. Tetapi bentuk spesifik aplikasinya, tentu saja, bervariasi tergantung pada jenis perencanaan yang diambil. Perencanaan pariwisata dipersiapkan pada berbagai tingkatan. Setiap tingkatan memfokuskan diri pada derajat kekhususan yang berbeda. Perencanaan tersebut hendaknya dipersiapkan dalam urutan dari yang umum ke yang spesifik, sebab tingkatan yang umum memberikan kerangka dan arahan untuk mempersiapkan rencana-rencana spesifik. Urutan tingkatan itu dimulai dari tingkat perencanaan internasional, perencanaan nasional, perencanaan regional/provinsial, perencanaan subregional/ provinsial, perencanaan daerah wisata, perencanaan fasilitas pariwisata, dan design fasilitas pariwisata.